Jumat, 24 Juli 2009

Mencoba ikhlas

Memang ikhlas itu berat banget, makanya iblis pun nggak bisa mengganggu para mukhlisin, insan yang ikhlas.
Ti sedang berusaha untuk ikhlas dan pasrah..., atas segala perasaan dan harapan.
Meskipun berat rasanya..., apalagi bila takdir tak sesuai dengan keinginan hati.
Awalnya..., kukira begitu banyak kesempatan yang telah diberika takdir untukku, mungkin aku yang tak pernah memanfaatkan kesempatan itu dengan baik. Kini hanya penyesalan yang tersisa...
Dulu, awal aku mengenalnya semua berjalan biasa aja. Ketika kami di kelas tiga, nggak disangka, kelasnya berada tak jauh dari kelasku, sehingga aku lebih sering melihatnya bila dia hendak menuju kelasnya. Kupikir takdir pula yang akhirnya menggabungkan kami di kelas khusus tambahan untuk siswa berperingkat 10 terbaik di kelas masing-masing. Padahal aku di kelas 3.6 dan harusnya bergabung dengan kelas 3.6 - 3.10, tapi nyatanya kelasku bergabung dengan kelasnya yang 3.17.
Dulu juga aku berhasil mengetahui no. telpnya, tapi kenapa justru kupakai untuk selalu ngerjain dia? Bahkan ketika akhirnya kami lulus, aku tak pernah menghubunginya lagi karena begitu banyaknya kesibukan di sekolah yang baru. Sampai akhirnya kami loose contact dan baru ketemu lagi setelah lebih dari 10 tahun. Hanya di dunia maya pula. Tentu aja udah banyak yang berubah pada dirinya, begitu pun aku...
Kini, aku hanya bisa berharap takdir memainkan perannya lagi agar bisa mempertemukan aku dengannya di dunia nyata...
Biarlah kunikmati semua ini, bisa melihatnya dari sebuah dunia maya sudah cukup aku syukuri. Sempat mengenalmu adalah sebuah anugerah indah yang pernah ada dalam hidupku.

Sabtu, 18 Juli 2009

Kangennn

Dear friends...,
Hari ini aku buka FB, dan aku masuk lagi ke wall-nya. Sedihnya baca comment kalo dia abis sakit. Nggak tau sih sakit apa, tapi katanya dia lagi bedrest.
Kemarin Ti sempet kirim email buat dia, tapi belom dapat balasan sampe sekarang, padahal udah dari 3 hari lalu. Apa karena sakit itu ya?
Cuma tadi ada Comment lagi yang bilang dia lagi jaga di IGD. Aduhhh, masih aja harus tugas padahal mungkin juga baru sehat.
Sedih karena Ti cuma bisa memperhatikannya dari jauh. Sedih, karena Ti hanya bisa mendoakannya dari kejauhan. Sedih, karena Ti bukan orang yang ada di sampingnya kala dia butuh seorang teman.
Mengapa Ya Alloh..., harus seperti rasa yang kudapatkan. Aku ingin bisa melepasnya, mengikhlaskannya pada takdirMu, namun ternyata untuk ikhlas pun butuh pengorbanan, butuh perjuangan, yang amat sulit.
Jujur, Ti kangen banget ingin melihatnya saat ini. Walau sedetik Ti akan sangat bersyukur. Tapi yah..., Ti akan mencoba untuk pasrah dan mengikhlaskan semuanya padaMu. Apa pun yang akan terjadi kelak pada hidupku.

Rabu, 08 Juli 2009

Feeling like crazy

Beberapa kali sudah, kami saling membalas email lewat FB. Aku senang karena itu berarti tujuan awalku sudah tercapai. Ia masih mau meladeniku dalam setiap email yang kukirimkan, bahkan responsnya cukup positif. Aku senang karena akhirnya kami berteman.
Sepertinya, ada kebiasaannya yang belum hilang, ia masih aja irit dalam bicara. Nggak di wall, nggak di email, selalu kata-katanya hanya sebatas yang perlu dikatakannya.
Syukurlah..., akhirnya kondisinya sudah pulih. Meski aku nggak tahu persis apa yang terjadi padanya, tapi setelah kulihat wall yang di sharenya tadi, aku jadi ikut lega. Padahal tulisannya teramat singkat “fresh” yup, just one word, but the meaning is very great for me. Berarti kelelahan yang kemarin dialaminya sudah hilang, dan ia siap dengan segala aktivitasnya lagi.
Entah mengapa, seakan setiap kata darinya ataupun comment dari teman-temannya begitu penting bagiku. Entah mengapa, semua itu justru semakin menumbuhkan kekagumanku pada sikapnya. Padahal semua itu hanya kata-kata sederhana, tetapi untukku setiap comment yang spontanitas itu memberikan gambaran nyata bagaimana ia di mata teman-temannya, juga kata-kata yang ia tuliskan sebagai balasannya.
Ternyata, ia yang kukenal dulu kini benar-benar telah menjadi sosok yang dewasa, tidak hanya dalam penampilannya namun juga pemikirannya...
Semoga ia akan bisa menjadikanku temannya dalam berbagi masalah... insyaallah suatu saat nanti.

Aku sempat bercerita pada salah seorang sahabatku, Piping tentang dia, tentang perasaanku, tentang hatiku dan tentang realita yang ada antara aku dan dirinya. Intinya satu, semua itu membuatku hanya bisa menjadi secret admirernya. Tapi Piping memberiku pencerahan, suatu energi baru untuk melanjutkan harapanku yang mulai tak berani kupikirkan. Sederhana sebenarnya, ia hanya mengutip syair lagu Laskar Pelangi milik Nidji. “Mimpi adalah kunci untuk kita menaklukkan dunia... so jangan pernah berhenti bermimpi, As!” katanya.
Dari situ aku langsung teringat dengan Tetralogi Laskar Pelangi yang keempat bukunya sudah kulahap habis, tentang kisah Aray yang terus berjuang dan berharap pada Zakia Nurmala meski ia tak pernah direspon, toh pada akhirnya Nurmala bisa yakin dan menerima Aray, tak hanya cintanya tapi keseluruhan diri Aray sebagai suaminya. Begitu pun dengan Ikal yang tak pernah berputus asa dan terus mencari keberadaan Aling, bahkan sampai keliling Eropa dan Afrika. Pada akhirnya toh ia berhasil menemukan Aling setelah perjuangan panjangnya mengarungi lautan dan menghadapi ancaman bajak laut. Bukan di Eropa atau Afrika, tapi di Belitong. Meski akhir kisah Ikal tak seindah Aray, karena tak mendapat restu dari sang ayah.
Ya Allah..., aku berharap bisa mempunyai semangat seperti mereka dalam memperjuangkan cintanya, namun dibalik itu aku benar-benar pasrah kepadMu. Karena aku yakin apa yang Engkau berikan adalah yang terbaik bagiku.

It's My Life

Terkadang aku berpikir, benarkah aku kurang bersyukur? Dalam hidupku hingga saat ini, bisa dibilang aku tak pernah kekurangan, meski juga tak bisa dibilang berlebih. Kini aku pun telah memiliki pekerjaan, yang walaupun jauh dari rumah dan hanya memberikan gaji yang minim, namun aku sudah bekerja. Dan alhamdulillah, dengan penghasilan yang kudapat, aku juga tak pernah kekurangan minimal untuk diriku sendiri. Aku bahkan bisa memberikan sebagiannya untuk biaya kuliah adikku. Jujur aku sangat bersyukur atas kelapangan tersebut, menurutku rasa syukur akan membuat hidup menjadi lebih ringan dan terasa lapang.
Bila aku membandingkan diriku dengan orang-orang yang berada di atasku, dengan karier pekerjaan yang bagus, meningkat dan mapan mungkin keadaanku terasa sangat jauh dan menyedihkan. Namun bila kusadari dan kurenungkan bagaimana kehidupan orang lain yang jauh lebih sengsara dariku atau orang-orang yang masih juga menganggur karena satu dan lain hal, tentu saja keadaanku menjadi sedikit lebih beruntung.
Tapi bukan berarti aku bisa berpuas diri begitu saja. Aku termasuk orang yang punya ambisi dan mimpi, dan aku akan berjuang untuk mewujudkan mimpi-mimpiku. Aku jadi teringat penggalan dialog dari Arai dan Ikal pada novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata, di sana tertulis 'Orang seperti kita tak punya apa-apa kecuali semangat dan mimpi-mimpi, dan kita akan bertempur habis-habisan demi mimpi-mimpi itu. Tanpa mimpi orang seperti kita akan mati.' Kalimat itu seakan memberikan pelita saat aku tersesat dalam gulita keputusasaan, sehingga aku mendapat energi baru untuk kembali menemukan semangatku dan berjuang. Meski aku yakin jalan yang kulalui tak kan mudah, terlebih aku harus bisa melawan kemalasan yang terkadang mendominasi diriku.
Bukankah kesuksesan itu juga sangat dipengaruhi oleh pikiran positif yang kita kembangkan dalam pikiran kita? Jadi aku harus selalu optimis dan terus berjuang demi mewujudkan mimpi-mimpi dan harapanku. Satu lagi quote yang kudapat dari sahabatku, “Tidak ada sesuatu yang mudah di dunia, kecuali dengan semangat, strategi, dan doalah yang dapat memudahkannya.”

Jumat, 03 Juli 2009

sadarkan aku, dia bukan milikku

Kucoba untuk kembali mendekatinya, paling tidak aku mencoba untuk bisa menjadi temannya, teman yang diingatnya dan teman yang dilibatkannya untuk share berbagai masalah. Bagiku, untuk saat ini hal itu sudah cukup.
Jujur, semua ini sebenarnya berat kulakukan. Bukan karena aku tidak tulus, tapi aku tak terbiasa seperti ini. Apalagi yang kutahu dia orang yang cukup pasif, hanya menjawab sebatas apa yang ditanyakan kepadanya.
A hard effort must I do. Beberapa hari yang lalu, aku mencoba mengirimkan short email untuknya. Entahlah, aku berharap dia membaca dan membalasnya. Please reply my massage... Tapi kalau tidak, aku pun harus ikhlas, aku harus siap menghadapi apa pun yang akan kuterima.
Ketika aku membuka FB lagi tak ada balasan darinya. Agak kecewa, tapi aku tetap berpikiran positif, mungkin dia belum sempat membaca pesanku.
Akhirnya, aku mulai mengumpulkan kekuatanku untuk mengembalikan kendali pikiran pada logika dan realita. Aku pasrah dan sedikit berbesar hati melihat realita dan tipisnya kemungkinan yang ada, aku mulai berusaha menepis rasa ini.
Lalu beberapa hari kemudian kubuka Fbku lagi, ternyata ada 1 pesan di inboxku. Deg-degan, jantungku berpacu lebih cepat, aku menahan nafasku sesaat dan..., lucky me... ternyata dia membalas emailku. Dia minta maaf karena belakangan ini jarang OL akibat kesibukan koass-nya. Dia juga menanyakan kabar dan kesibukan Ti sekarang. Dan yang paling buat Ti senang saat dia bilang, keep in touch ya...
Sesederhana itu..., tapi buatku itu lebih dari biasa. Entahlah, tapi kesenangan yang kurasa saat menerima balasan pesannya bisa dibilang begitu meluap-luap, lebai deh...

Sadarkan aku Tuhan..., dia bukan milikku.
Biarkan waktu... waktu hapus aku...


Mungkin waktu telah mengubahnya dari dia yang kukenal dulu. Aku mencoba untuk meyakinkan diriku agar berhenti mengharapkan sesuatu yang sulit teraih. Memang tak mudah, tapi akan kucoba. Meski aku tetap akan menjalin komunikasi dengannya. Sekian lamanya komunikasiku dengannya terputus, dan ketika akhirnya aku berhasil mendapatkannya kembali, tentu aku tak akan membiarkannya menghilang lagi dari duniaku walau saat ini hanya sebatas dunia maya yang menghubungkan kami.
Setelah melihat detail profilnya banyak pertanyaanku yang akhirnya terjawab. Misalnya kenapa ia baru masuk FK di tahun 2004, ternyata karena ia lebih dulu mengambil D3 bahasa Inggris. Aku juga baru tahu kalau ternyata ia memiliki hobi yang sama denganku, membaca dan travelling. Apalagi salah satu buku favoritnya adalah The Da Vinci Codes karyanya Dan Brown yang juga salah satu novel kesukaanku. Senangnya...
Kali pertama aku melihat profilnya, teman Fbnya baru sekitar 160an, tapi kemarin yang kutemukan sudah sekitar 800an, aku terhenyak benarkah? Sebanyak itu? Siapa aja mereka? Apakah ia mengenal semuanya atau mungkin ia mengikuti sebuah group? Itulah pertanyaan yang berkelebat dibenakku, namun aku tak mencari tahunya lebih dalam. Cukuplah kutahu bahwa ia senang menjalin pertemanan di dunia maya.
Kalau banyak cewek yang mengaguminya kurasa wajar, dan kalau dia merasa pantas menjalin hubungan dengan cewek mana aja, itu pun wajar. Dengan wajah yang bisa dibilang tampan, otak jenius, ramah, calon dokter pula, tentu aja hal itu terbilang wajar. Entah mengapa, hal itu justru membuatku jadi minder. Aku menyadari banyak kekurangan pada diriku, aku yang biasa-biasa aja, tanpa ada kelebihan yang istimewa. Sudahlah, aku harus konsisten dengan tujuan awalku meng-add nya untuk kembali menjalin pertemanan dengannya. Aku pun sudah cukup bersyukur karena pernah mengenalnya.