Rabu, 08 Juli 2009

Feeling like crazy

Beberapa kali sudah, kami saling membalas email lewat FB. Aku senang karena itu berarti tujuan awalku sudah tercapai. Ia masih mau meladeniku dalam setiap email yang kukirimkan, bahkan responsnya cukup positif. Aku senang karena akhirnya kami berteman.
Sepertinya, ada kebiasaannya yang belum hilang, ia masih aja irit dalam bicara. Nggak di wall, nggak di email, selalu kata-katanya hanya sebatas yang perlu dikatakannya.
Syukurlah..., akhirnya kondisinya sudah pulih. Meski aku nggak tahu persis apa yang terjadi padanya, tapi setelah kulihat wall yang di sharenya tadi, aku jadi ikut lega. Padahal tulisannya teramat singkat “fresh” yup, just one word, but the meaning is very great for me. Berarti kelelahan yang kemarin dialaminya sudah hilang, dan ia siap dengan segala aktivitasnya lagi.
Entah mengapa, seakan setiap kata darinya ataupun comment dari teman-temannya begitu penting bagiku. Entah mengapa, semua itu justru semakin menumbuhkan kekagumanku pada sikapnya. Padahal semua itu hanya kata-kata sederhana, tetapi untukku setiap comment yang spontanitas itu memberikan gambaran nyata bagaimana ia di mata teman-temannya, juga kata-kata yang ia tuliskan sebagai balasannya.
Ternyata, ia yang kukenal dulu kini benar-benar telah menjadi sosok yang dewasa, tidak hanya dalam penampilannya namun juga pemikirannya...
Semoga ia akan bisa menjadikanku temannya dalam berbagi masalah... insyaallah suatu saat nanti.

Aku sempat bercerita pada salah seorang sahabatku, Piping tentang dia, tentang perasaanku, tentang hatiku dan tentang realita yang ada antara aku dan dirinya. Intinya satu, semua itu membuatku hanya bisa menjadi secret admirernya. Tapi Piping memberiku pencerahan, suatu energi baru untuk melanjutkan harapanku yang mulai tak berani kupikirkan. Sederhana sebenarnya, ia hanya mengutip syair lagu Laskar Pelangi milik Nidji. “Mimpi adalah kunci untuk kita menaklukkan dunia... so jangan pernah berhenti bermimpi, As!” katanya.
Dari situ aku langsung teringat dengan Tetralogi Laskar Pelangi yang keempat bukunya sudah kulahap habis, tentang kisah Aray yang terus berjuang dan berharap pada Zakia Nurmala meski ia tak pernah direspon, toh pada akhirnya Nurmala bisa yakin dan menerima Aray, tak hanya cintanya tapi keseluruhan diri Aray sebagai suaminya. Begitu pun dengan Ikal yang tak pernah berputus asa dan terus mencari keberadaan Aling, bahkan sampai keliling Eropa dan Afrika. Pada akhirnya toh ia berhasil menemukan Aling setelah perjuangan panjangnya mengarungi lautan dan menghadapi ancaman bajak laut. Bukan di Eropa atau Afrika, tapi di Belitong. Meski akhir kisah Ikal tak seindah Aray, karena tak mendapat restu dari sang ayah.
Ya Allah..., aku berharap bisa mempunyai semangat seperti mereka dalam memperjuangkan cintanya, namun dibalik itu aku benar-benar pasrah kepadMu. Karena aku yakin apa yang Engkau berikan adalah yang terbaik bagiku.

Tidak ada komentar: